Selasa, 22 Mei 2012

aliran positivisme

POSITIVISME dan KRITERIA TERHADAP POSITIVISME
A.    Pengertian Positivisme
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.[1]
Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian. Terminologi positivisme dikenalkan oleh Auguste Comte untuk menolak doktrin nilai subyektif, digantikan oleh fakta yang bisa diamati serta penerapan metode ini untuk membangun ilmu pengetahuan yang diabdikan untuk memperbaiki kehidupan manusia.[2]
Kemunculan positivism berkaitan dengan revolusi industry di Inggris abad ke-18 yang menimbulkan gelombang optimism akan kemajuan umat manusia didasarkan keberhasilan teknologi industri. Positivisme yakin bahwa masyarakat akan mengalami kemajuan apabila mengadopsi total pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Slogan dari aliran positivisme ini adalah “ savoir pour prevoir, prevoir pour pouvoir, artinya dari ilmu muncul prediksi dan dari prediksi muncul aksi”.
Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yang terukur. Terukur inilah sumbangan penting positivism.[3]
Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan tradisi positivisme adalah Thomas Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O. Quine, and filosof lainnya. Pikiran-pikiran para tokoh ini membuka jalan bagi penggunaan berbagai metodologi dalam membangun pengetahuan dari mulai studi etnografi sampai penggunaan analisa statistik.
Sementara menurut Ahmad Tafsir bahwa ketiga faham Rasionalisme atau berfikir logis tidak menjamin dapat memperoleh kebenaran yang disepakati. Kalau begitu diperlukan hal lain yaitu Empirisme. Sementara itu Empirisme hanya menemukan konsep yang sifatnya umum. Konsep itu belum operasional, karena belum terukur. Jadi diperlukan alat lain yaitu Positivisme. Kata positivism, ajukan logikanya, ajukan bukti empirisnya yang terukur. Tetapi bagaimana caranya? Kita masih memerlukan alat lain. Alat lain itu ialah Metode Ilmiah. Metode ilmiah mengatakan, untuk memperoleh pengetahuan yang benar lakukan langkah beriku: logico-hypothetico-verificartif. Maksudnya, mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis (berdasarkan logika itu), kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris.[4]
Positivisme dibidani oleh dua pemikir perancis, Henry Saint Simon ( 1760 -1825 ) dan muridnya Auguste comte ( 1798 – 1857 ). Walau Henry lah yang pertama kali menggunakan istilah positivisme, namun Comte yang mempopulerkan positivisme yang pada akhirnya berkembeng menjadi aliran filsafat ilmu yang pervasive mendominasi wacana filsafat ilmu abad ke-20.[5]
Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.
B.     Ciri –Ciri Positivisme
Pandangan dunia yang dianut positivisme adalah pandangan dunia obyektivistik. Pandangan dunia obyektivistik adalah pandangan dunia yang menyatakan bahwa objek –objek fisik hadir independen dari subjek dan hadir secara langsung melalui data inderawi. Semesta dan data inderawi adalah satu. Apa yang dipersepsi semesta sesungguhnya.[6]
Secara umum, positivisme memiliki beberapa ciri-ciri yaitu :
1.      Bebas Nilai
Artinya menegaskan antara fakta dan nilai kepada peneliti untuk mengambil jarak dengan semesta dengan bersikap imparsial-netral.
2.      Fenomenalisme
Artinya pengetahuan yang absah hanya berfokus pada fenomena semesta. Metafisika yang mengandaikan sesuatu di belakang fenomena ditolak mentah-mentah.
3.      Nominalisme
Artinya positivisme berfokus pada yang individual-partikular karena itu kenyataan satu-satunya. Semua bentuk universalisme adalah semata penanaman dan bukan kenyataan itu sendiri.
4.      Reduksionisme
Artinya positivisme meruduksi semesta menajdi fakta-faktayangd apat dipersepsi.
5.      Naturalisme
Artinya positivisme dapat menjelaskan semua gejala alam secara mekanikal-determinis seperti layaknya mesin.
Positivisme yang dikembangkan oleh Auguste Comte dinamakan sebagi positivisme sosial. Hal ini dikarenakan faham yang menyakini kemajuan sosial hanya dapay dicapai melalui penerapan ilmu-ilmu positif.

C.    Positivisme Logis
Pada perkembangannya, positivisme mengalami perombakan, maka salah satu hasil perombakan tersebut terbemtuklah positivisme logis. Positivisme logis adalah aliran pemikiran dalam filsafat yang membatasi pikirannya pada segala hal yangd dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisi definisi dan relasi anatara istilah-istilah. Fungsi analisis disini mengurangi metafisika dan meneliti struktur logis pengetahuan ilmiah. Tujuan dari pembatasan ini adalah menentukan isi konsep –konsep dan pernyataan-pernyataan ilmiah yang dapat diverifikasi secara empiris. 
Latar belakang dari timbulnya positivisme logis adalah akibat adanya Perang Dunia 1 yang memakan banyak korban. Hal ini memancing para intelektual untuk memikirkan kembali bagaimana menata masyrakat dari puing-puing kehancurannya. Para penganut positivisme –Logis berpendapat bahwa untuk dapat membangun kembali haruslah menggunakan ilmu-ilmu positif. Positivisme logis beranggapan bahwa misi administrasi masyarakat secara rasional harus dilandasi pad pengetahuan yang berkesatuan. Kesatuan pengetahuan hanya bisa dicapai apabila dikembangkan suatu bahasa ilmiah yang berlaku pada semua bidangilmu pengetahuan.
Prinsip yang dipegang oleh kaum positivisme logis adalah prinsip isomorfi yaitu adanya hubungan mutlak antara bahasa dan dunia kefaktaan. Pelopornya adalah Bertrand Russell ( 1872-1970 ) dan dikembangkan oleh ludwigh Wittgenstein ( 1889-1951 ).
Tujuan akhir dari penelitian yang dilakukan pada positivisme logis ini adalah untuk mengorganisasikan kembali pengetahuan ilmiah di dalam suatu sistem yang dikenal dengan ”kesatuan ilmu” yang juga akan menghilangkan perbedaan-perbedaan antara ilmu-ilmu yang terpisah. Logika dan matematika dianggap sebagai ilmu-ilmu formal.
Positivisme berusaha menjelaskan pengetahuan ilmiah berkenaan dengan tiga komponen yaitu bahasa teoritis, bahasa observasional dan kaidah-kaidah korespondensi yang mengakaitkan keduanya. Tekanan positivistik menggarisbawahi penegasannya bahwa hanya bahasa observasional yang menyatakan informasi faktual, sementara pernyataan-pernyataan dalam bahasa teoritis tidak mempunyai arti faktual sampai pernyataan-pernyataan itu diterjemahkan ke dalam bahasa observasional dengan kaidah-kaidah korespondensi.
 Dalam bidang ilmu sosiologi, antropologi, dan bidang ilmu sosial lainnya, istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.
            Positivisme logis mengajukan dua kriteria dalam pembuktian kebenaranya, yaitu :
1.      Pernyataan harus dapat dibenarkan secara definisi atau tautologis ( pernyataan analitik ). Contohnya Mahasiswa / Mahasiswi adalah orang yang bependidikan tinggi.
2.      Pernyataan harus dapat dibenarkan secara empiris. Contohnya Ali adalah seorang Mahasiswa IAIN Fakultas Tarbiyah dan Adab, Jurusan Pendidikan Agama Islam.
D.    Kriteria Positivisme
Para penganut positivisme beranggapan bahwa dalam menunjukan kebenaran maka harus merujuk kepada ilmu-ilmu pengetahuan positif. Ilmu pengetahuan positif didapat dari penggabungan aliran rasional dan empirisme dan ditambahkan dengan metode ilmiah. Kaum positivisme menolak adanya metafisika yang tidak bisa ditanggkap dan telaah melalui empiris. Dapat digambarkan konsep kebenaran kaum positivisme.

 

    
 





Skema kebenaran positivisme


E.     Kesimpulan
Sebagai salah satu aliran dalam filsafat, positivisme menekankan pengambilan kebenaran pada ilmu pengetahuan dan mengabaikan metafisika yang tidak dapat ditembus oleh akal. Sejarah lahirnya positivisme karena ada kelemahan dalam bidang ekonomi, sehingga hal ini menimbulkan semangat untuk berkembang sehingga yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana mengembangkan ekonomi kembali yang semuanya itu mereka pikirkan hanya dapat terwujud hanya dengan ilmu –ilmu pengetahuan. Tokoh yang terkenal pada aliran ini adalah Auguste Comte.



[3] Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu. PT Remaja Rosda Karya, Bandung 2004, hlm 32
[4] Ahmad Tafsir, Ibid, hlm 33
[5] Donny Gahral Adian, Menyoal Objektivisme Ilmu pengetahuan ( 2002: Jakarta. Teraju) h.64
[6] Ibid, h. 67

sistem pendidikan islam


SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

A.    Pendahuluan
Berdasarkan keyakinan orang mukmin dan penegasan Allah swt. Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi Allah dan diperintahkan kepada manusia untuk memeluknya namun manusia dengan segala kelemahan yang ada padanya tidak akan dapat beragama islam dengan mudah tanpa melalui pendidikan.
Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam. Karena nilai – nilai islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. Dengan istilah lain manusia muslim yang telah mendapatkan pendidikan islam itu harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagai yamg diharapkan oleh cita-cita Islam.
Dalam pendidikan islam terdapat sehimpunan komponen yang saling berhubungan secar teratur yang dinamakan dengan sistem ( sistem pendidikan islam ). Adapun sistem pendidikan islam tersebut tentunya terdapat komponen –komponen ( sub sistem ) yang harus kita ketahui, di dalam makalah ini menjelaskan tentang apa itu sistem. Sub sistem dan sistem pendidkan islam di Indonesia agar kita selaku pembaca mengetahui lebih mendalam tentang sistem pendidikann islam secara luas.

B.      Pengertian Sistem
Sistem berasal dari bahasa Yunani ( sistema ) yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saing berhubungan secara teratur dan merupakan siatu keseluruhan.
Menurut D.G. Ryans sistem adalah sejumlah elemen ( obyek, orang, aktivitas, rekaman, informasi dan lain-lain ) yang saling berkaitan dengan proses dan struktur secara teratur dan merupakan kesatuan organisasi yang berfungsi untuk mewujudkan hasil yang dapat diamati ( dapat dikenal wujudnya ) sedangkan tujuan yang tercapai. Menurut Sanafiah Faisal istilah sistem munuju kepada totalitas yang bertujuan dan tersusun dari rangkaian unsur dari komponen.
J.W. Getzel and E.G. Guba mengemukakan pad umumnya sistem sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Terdiri dari unsur-unsur yang berkaitan anatara satu sama lainnya.
2. Berorientasi pad tujuan ( goal oriented ) yang telah ditetapkan.
3. Didalamnya terdapat peraturan – peraturan tata tertib berbagai kegiatan sebagainya.[1]   
Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa sistem merupakan hal penting yang harus dibangun untuk menjalankan / menggerakan maksud dari sebuah cita-cita atau sebuah pekerjaan yang akan kita lakukan.

C.     Sub Sistem Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu dapat dianalisis dari segi sistematik atau pendekatan sistem. Dari segi ini, pendidikan islam dipandang sebagai proses melalui sistem yang terdiri daripada sub-sub sistem atau komponen – komponen yang saling berkaitan dalam rangka mencapai tujuan pendidkan islam.[2]   
Pengembangan ilmu-ilmu islam bergantung pad sistem pendidikan yang meliputi pendidikan foramal dan informal. Ia menekankan pertama sekali ilmu – ilmu agama tetapi meliputi semua bentuk – bentuk penegtahuan lain dari keadilan Tuhan sampai ilmu Farmasi. [3]
Watak ilmu pendidkan islam adalah sistematis dan konsisten menuju kearah tujuan yang hendak dicapai. Untuk itu pendidikan islam memerlukan pemikiran  sistematik dan mengarahkan prosesnyadalam sistem-sistem yang aspiratip terhadap kebutuhan umatnya, bila tidak demikian akan timbul gangguan dan hambatan- hambatan teknis operasional yang dapat menghilangkan orientasinya yang benar.[4]
Contoh ayat al-Qur’an yang  mencontohkan sebuah sistem antara lain :
ôMt/ÎŽàÑ ãNÍköŽn=tã èp©9Ïe%!$# tûøïr& $tB (#þqàÿÉ)èO žwÎ) 9@ö6pt¿2 z`ÏiB «!$# 9@ö6ymur z`ÏiB Ĩ$¨Y9$#
âä!$t/ur 5=ŸÒtóÎ/ z`ÏiB «!$# ôMt/ÎŽàÑur ãNÍköŽn=tã èpuZs3ó¡yJø9$# 4 ÇÊÊËÈ  
Artinya : “ Mereka diliputi kehinaan di mana- mana mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepadtali hubungan dengan Allah dan tali hubungan dengan sesamanya dan mereka kembali mendapatkan kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi oleh kerendahan .... ( QS. Al-Imran : 112 )

ª!$#ur /ä3s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜœR ¢OèO ö/ä3n=yèy_ %[`ºurør& 4 $tBur ã@ÏJøtrB ô`ÏB 4Ós\Ré&
Ÿwur ßìŸÒs? žwÎ) ¾ÏmÏJù=ÏèÎ/ 4 $tBur ㍣Jyèム`ÏB 9£JyèB Ÿwur ßÈs)Zムô`ÏB ÿ¾Ín̍ßJãã žwÎ) Îû A=»tFÏ. 4
¨bÎ) y7Ï9ºsŒ n?tã «!$# ׎Å¡o     ÇÊÊÈ     
Artinya : “ Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasanagan ( laki-laki dan perempuan ). Dan tidak ada seorang perempuan yang menganding dan tidak ( pula ) melahirkan melainkan dengan pengetahuan-Nya. Dan tidakn dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan ( sudah ditetapkan ) dalam Kitab ( Lauh Mahfudz ). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah”. ( QS. Al Faathir : 11 )
Seperti yang kita tahu bahwa pendidikan islam dipandang sebagai proses melalui sistem yang terdiri daripada sub-sub sistem atau komponen-komponen yang saling berkaitan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan islam itu sendiri, adapun komponen – komponen itu antara lain :

1.      Tujuan
Dilihat dari ilmu pendidikan teoritis, tujuan pendidikan ditempuh secara bertingkat, misalnya tujuan intermediair ( sementara ) yang dijadikan batas sasaran kemampuan yang harus dicapai dalam proses pendidikan tingkat tertentu.
Dalam sistem operasionalisasi klembagaan pendidikan berbagai tingkat tujuan ditetapkan secara berjenjang dalam struktur program instruksional,sehingga tergambarlah klarifikasi gradual yang semakin meningkat,bila dilihat dari pendekatan sistem intruksional tetrtentu sebagai berikut :
a.       Tujuan Intruksional Khusus, diarahkan pada setiap bidang studi yang harus dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.
b.      Tujuan Intruksional Umum diarahkan pada penguasaan suatu bidang studi secara umum.
c.       Tujuan Kurikuler, yang ditetapkan untuk dicapai melalui garis – garis besar pengajaran di tiap lembaga pendidikan.
d.      Tujuan Insttitusional, tujuan yang harus dicapai menurut program pendidikan di tiap sekolah.
e.       Tujuan Umum /Nasional.
Adapun tujuan akhir pendidikan islam pada hakikatnya adalah realisasi dari cita-cita ajaran islam itu ssendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah lahir dan bathin,di dunia dan akhirat.[5]



2.      Pendidik
Pendidik dalam pendidikan islam adalah setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung atas pendidikan dirinya dan orang lain. Menurut Ahmad D. Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik ,yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan si terdidik. Macam – macam pendidik antara lain :
-          Pendidik diri sendiri
-          Orang tua
-          Guru
-          Masyarakat[6]

3.      Peserta didik
Untuk mencapai keberhasilan pendidikan diperlukan kerjasama antara pendidik dan peserta didik. Walau bgaimanapun pendidik berusaha menanamkan pengaruhnya kepada peserta didik. Apabila tidak ada kesediaan dan kesiapan diri peserta didik sendiri untuk mencapai tujuan, maka pendidikan sulit dibayangkan dapat berhasil.
Al-Ghozali mengemukakan tugas-tugas peserta didik yaitu :
-          Menyucikan diri dari ahlak dan sifat tercela.
-          Mengurangi berbagai kesibukan duniawi
-          Tidak sombong kepada guru dan ilmu
-          Tidak mempelajari suatu ilmu secara mendalam sekaligus.
-          Belajar hendaknya bertujuan.[7]

4.      Alat / Media
Alat mempunyai kedudukan penting dalam pencapaian tujuan, oleh karena itu pendidik hendaknya tidak meremehkan masalah alat /media. Ia ( pendidik ) hendaknya mengadakan studi secara mendalam agar pemilihan alat /media dapat terpilih dengan tepat.
Adapaun macam – macam alat itu terbagi menjadi dua yaitu piranti keras dan piranti lunak. Yang dimasud dengan piranti lunak antara lain :
-          Isi pendidikan
-          Bahan pelajaran
-          Metode pendidikan
Sedangkan piranti keras contohnya :
-          Gedung sekolah
-          Perpustakaan
-          Alat peraga

5.        Bahan / Kurikulum
Kurikulum merupakan rencana pendidikan yang memberi pedoman tentang jenis , lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidkan.
Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dalam pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dn dipelajari oleh siswa. Misalkan bahan – bahan pokok yang diberikan kepada anak- anak dalam tingkat pertama atau permulaan secara umumnya adalah sebagai berukut : al-Qur’an dan sendi – sendi agama, membaca,menulis, berhitung, bahasa, sajak-sajak yang mengandung ajaran – ajaran akhlak, cerita dan lain- lain.[8]
Kurikulum sebagaimana diidentifikasikan Beuchamp dari perkembangan teorinya memiliki komponen – komponen sebagai bidang studi yaitu landasan, isi,desain, evaluasi, dan penelitian serta pengembangan.



6.      Lingkungan / Millieu
Lingkungan pendidikan menunjuk kepada situasi dan kondisi yang mengelilingi dan mempunyai penagaruh terhadap perkembangan pribadi. Lingkungan pendidkan dibagi menjadi dua :
1.      Lingkungan sekitar ( milieu ) yaitu segala keadaan benda, orang , serta kejadian di sekeliling peserta didik. Lingkungan sekitar dapat dibagi menjadi : lingkungan yang disengaja  seperti lingkungan kepribadiaan, kebudayaan , masyarakat dan lingkungan alam.
2.      Pusat pusat pendidikan
Sejak Islam melembagakan pendidikan, anak sebagai kewajiban dan tanggungjawab orang tua, keluarga menjadi pusat pendidikan islam. Tempat manapun yang dapat memberi kesempatan kepada orang muslim untuk memperoleh pendidikan, tempat itu dalam pendidikan islam dipandang sebagai pusat pendidikan islam.  Diantaranya :
-          Keluarga
-          Masjid
-          Perpustakaan
-          Kuttab
-          Hawanit al Warraqin
-          Ribath
-          Madrasah dan sekolah
-          Pesantren. [9]

7.      Metode dan Pendidikan
Para ahli pendidikan islam seperti Muhammad Quthb, Abdurrahman al-Nahlawi dan Abdullah ‘Ulwan telah mengemukakan metode – metode pendidikan islam dianataranya yaitu :
a.       Keteladanan
Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan sebagainya. Banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan methode yang paling berhasil.
b.      Pembisaan
Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan.  Yang dimakud dengan kebiasaan adalah cara – cara bertindak yang hampir – hampir otomatis ( tidak disadari oleh pelakunya). Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting terutama bagi anak-anak. Pembentukan kebiasaan terbentuk melalui pergaulan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai dengan kepuasan.
c.       Memberi Nasihat
Nasihat adalah penjelasan tentang kebenrana dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yangb dinasihatinya dari bahaya serta nenunjukan kejalan yang mendatangkan manfaat. Memberi nasiht merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan islam. Dengan metode ini pendidik dapat menanamlan pengaruh yang baru kedalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk jiwa. Bahkan dengan metode ini pendidik mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada berbagai kebaikan. Salah satu nasihat yang ada di dalam al-Qur’an yaitu surat an-Nisa aya 58 :
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#rŠxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sŒÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$#
 br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $­KÏèÏR /ä3ÝàÏètƒ ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿxœ #ZŽÅÁt/ ÇÎÑÈ
d.      Motivasi dan Intimidasi
Metode motivasi dan intimidasi telah digunakan mesyarakat secara luas. Motivasi dan intimidasi digunakan sesuai dengan perbedaan tabiat dan kadar kepatuhan manusia terhadap prinsip – prinsio dan kaidah – kaidah islam sebab pengaruh yang dihasilkan metode itu tidaklah sama. Metode motivasi lebih baik dari pada metode intimidasi karena metode motivasi bersifat lebih lama sedangkan intimidasi bersifat sementara.
e.       Metode Persuasi
Yang dimaskud dengan metode persuasi yaitu menyakinkan peserta didik tentang suatu ajaran dengan kekuatan akal.

8.      Biaya dan Dana
Pendidkan islam adalah tangung jawab individu dan msyarakat. Ini berarti pembiayaan pendidikan dalam islam menggabungkan kebaikan – kebaikan yang ada pada dua sistem yang bertentanagan satu sama lain. Sentralisasi dan desentralisasi.

D.    Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia
Pada awal berkembangnya agama islam di Indonesia, pendidikan islam dilaksanakan secara informal. Seperti telah kita ketahui bahwa agama islam datang ke Indonesia dibawa oleh para pedagang muslim. Sambil berdagang mereka menyiarkan agama islam kepada orang – orang yang mengelilinginya yaitu mereka yang membeli barang – barang dagangannya. Didikan dan ajaran islam mereka berikan dan perbuatan dan suri tauladan.
Pendidikan pengajaran islam secara informal ini ternyata membawa hasil yang sangat baik sekali dan bahkan menakjubkan, karena dengan berangsur – angsur tersiarlah agama islam di seluruh kepulauan Indonesia, mulai Sabang sampai Maluku.
Sistem pendidikan islam informal ini, terutama berjalan dalam lingkungan keluarga dsudah diakui kemampuannya dalam menanamkan sendi – sendi agama dalam jiwa anak-anak.[10] 
Usaha – usaha pendidikan agama di masyrakat yang kelak dikenal dengan pendidikan non formal, ternyata mampu meneydiakan kondisi yang sanagat baik dalam menunjang keberhsilan pendidikan islam dan memberikan motivasi yang kuat bagi umat islam untuk menyelenggarakan pendidikan agama yang lebih baik dan sempurna.
Di pusat- pusat pendidikan seperti di surau, langgar, masjdi datau bahkan di rumah sang guru, tempat – tempat pendidikan seperti inilah yang menjadi embrio terbentuknya sistem pondok pesantren dan pendidikan islam yang formal yang terbentuk madarasah atau sekolah yang berdasar keagamaan.
Sistem pendidikan islam mengalami perubahan sejalan dengan perubahan zaman dan pergeseran kekuasaan di Indonesia. Kejayaan islam yang mengalami kemunduran sejak jatuhnya Andalusia kini mulai bangkit kembali dengan itu pemerintahan jajahan mulai mengenalkan sistem pendidikan formal yang lebih sistematis dan teratur. Yang menarik kaum muslimin untuk memasukinya. Oleh karena itu sistem pendidikan islam di Surau, Masjid atau tempat lain semacamnya dipandang sudah tidak memadai lagi dan perlu disempurnakan.
Demikianlah sistem klasikal, mulai diterapkan bangku, meja, papan tulis mulai digunakan dalam melaksqanakan pendidikan dan pengajran agama islam.
Demikiajn juga sistem pendidikan formal sekolah atau madrasah mulai tersebar di mana-mana bahkan di kalangan pondok pesantren sudah diterapkan pula sistem sekolah /madrasah ini. Di samping sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren yang sudah ada.
Pemerintah Indonesia pun sangat memperhatikan tumbuhnya pendidikan agama islam. Dalam hal ini pendidikan agama islam dibidang studi yang diintegrasikan dalam kurikulum sekolah. Dan pada waktu itu semua lembaga pendidikan agama,baik formal, informal dan non formal berjalan dan berkembang teursa dan khusus mengenai pendidikan agama di sekolah. MPR telah menetapkan bahwa pendidkan agama dimasukan dalam kurikulum sekolah dari dasar sampai perguruan tinggi.[11]   




E.     Kesimpulan
Ruang lingkup pendidikan agama islam meliputi keserasian, keselarasan,dan keseimbangan antara  hubungan manusia dengan Allah SWT,.hubungan manusia dengan manusia  dan hubungan manusia dengan makhluk lain.[12]
Untuk dapat mewujudkan hal itu maka pendidikan,khususnya dalambidang agama sangat diperlukan adanya. Oleh karena itu diperlukan sistem untuk mengatur hal itu. Karena sistem adalah cara untuk dapat menggerakan sebuah tujuan. Kaitannya dengan hal ini maka di Indonesia yang mayorits penduduknya beragama islam maka perlu dikembangkan sistem pendidikan yang kuat,sehingga penduduk yang beragama islam semakin kuat dalam hal keimanan dan keisalamannya kepada Allah SWT.           
      


     
        













DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasy, M.Athiyah, 1970, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,
Jakarta : Bulan Bintang
Aly, Hery Noer,1996, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana
Arifin, M, 1996, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara
Hidayatullah,2012, Media Pembelajaran PAI, Jakarta : Thariq Press 
Langgulung, Hasan,2003,Asas – Asas Pendidikan Islam,Jakarta :
Pustaka al Husna 
Muslihah, Eneng, 2010,Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Diadit Media
Zuharini dkk, 2004, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara




[1] Eneg Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Diadit Media. 2010 ) h. 123-124
[2] M. Arifin, Ilmu Pendidkan Islam ( Jakarta : Bumi Akasara .1996 ) h. 116
[3] Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam ( Jakarta : Pustaka al Husna Baru, 2003 ) h.103
[4] M.Arifin Op.cit h.118-119      
[5] Eneng Muslihah. Op.cit h.19-21
[6] Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu.1996 ) h. 55-57
[7] Ibid h.146
[8] M. Athiyah al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidkan Islam ( Jakarta : Bulan Bintang. 1970 ) h.163   
[9] Hary Noer Aly op.cit h. 209
[10] Zuharini dkk. Sejarah Pendidkan Islam ( Jakarta : Bumi Aksara .2004 ) h. 208-211
[11]  Eneng Muslihah, loc.cit h.142
[12] Hidayatullah, Media Pembelajaran PAI ( Jakarta, Thariqi Press: 2012 ) h.9