Selasa, 22 Mei 2012

aliran positivisme

POSITIVISME dan KRITERIA TERHADAP POSITIVISME
A.    Pengertian Positivisme
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.[1]
Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian. Terminologi positivisme dikenalkan oleh Auguste Comte untuk menolak doktrin nilai subyektif, digantikan oleh fakta yang bisa diamati serta penerapan metode ini untuk membangun ilmu pengetahuan yang diabdikan untuk memperbaiki kehidupan manusia.[2]
Kemunculan positivism berkaitan dengan revolusi industry di Inggris abad ke-18 yang menimbulkan gelombang optimism akan kemajuan umat manusia didasarkan keberhasilan teknologi industri. Positivisme yakin bahwa masyarakat akan mengalami kemajuan apabila mengadopsi total pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Slogan dari aliran positivisme ini adalah “ savoir pour prevoir, prevoir pour pouvoir, artinya dari ilmu muncul prediksi dan dari prediksi muncul aksi”.
Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yang terukur. Terukur inilah sumbangan penting positivism.[3]
Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan tradisi positivisme adalah Thomas Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O. Quine, and filosof lainnya. Pikiran-pikiran para tokoh ini membuka jalan bagi penggunaan berbagai metodologi dalam membangun pengetahuan dari mulai studi etnografi sampai penggunaan analisa statistik.
Sementara menurut Ahmad Tafsir bahwa ketiga faham Rasionalisme atau berfikir logis tidak menjamin dapat memperoleh kebenaran yang disepakati. Kalau begitu diperlukan hal lain yaitu Empirisme. Sementara itu Empirisme hanya menemukan konsep yang sifatnya umum. Konsep itu belum operasional, karena belum terukur. Jadi diperlukan alat lain yaitu Positivisme. Kata positivism, ajukan logikanya, ajukan bukti empirisnya yang terukur. Tetapi bagaimana caranya? Kita masih memerlukan alat lain. Alat lain itu ialah Metode Ilmiah. Metode ilmiah mengatakan, untuk memperoleh pengetahuan yang benar lakukan langkah beriku: logico-hypothetico-verificartif. Maksudnya, mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis (berdasarkan logika itu), kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris.[4]
Positivisme dibidani oleh dua pemikir perancis, Henry Saint Simon ( 1760 -1825 ) dan muridnya Auguste comte ( 1798 – 1857 ). Walau Henry lah yang pertama kali menggunakan istilah positivisme, namun Comte yang mempopulerkan positivisme yang pada akhirnya berkembeng menjadi aliran filsafat ilmu yang pervasive mendominasi wacana filsafat ilmu abad ke-20.[5]
Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.
B.     Ciri –Ciri Positivisme
Pandangan dunia yang dianut positivisme adalah pandangan dunia obyektivistik. Pandangan dunia obyektivistik adalah pandangan dunia yang menyatakan bahwa objek –objek fisik hadir independen dari subjek dan hadir secara langsung melalui data inderawi. Semesta dan data inderawi adalah satu. Apa yang dipersepsi semesta sesungguhnya.[6]
Secara umum, positivisme memiliki beberapa ciri-ciri yaitu :
1.      Bebas Nilai
Artinya menegaskan antara fakta dan nilai kepada peneliti untuk mengambil jarak dengan semesta dengan bersikap imparsial-netral.
2.      Fenomenalisme
Artinya pengetahuan yang absah hanya berfokus pada fenomena semesta. Metafisika yang mengandaikan sesuatu di belakang fenomena ditolak mentah-mentah.
3.      Nominalisme
Artinya positivisme berfokus pada yang individual-partikular karena itu kenyataan satu-satunya. Semua bentuk universalisme adalah semata penanaman dan bukan kenyataan itu sendiri.
4.      Reduksionisme
Artinya positivisme meruduksi semesta menajdi fakta-faktayangd apat dipersepsi.
5.      Naturalisme
Artinya positivisme dapat menjelaskan semua gejala alam secara mekanikal-determinis seperti layaknya mesin.
Positivisme yang dikembangkan oleh Auguste Comte dinamakan sebagi positivisme sosial. Hal ini dikarenakan faham yang menyakini kemajuan sosial hanya dapay dicapai melalui penerapan ilmu-ilmu positif.

C.    Positivisme Logis
Pada perkembangannya, positivisme mengalami perombakan, maka salah satu hasil perombakan tersebut terbemtuklah positivisme logis. Positivisme logis adalah aliran pemikiran dalam filsafat yang membatasi pikirannya pada segala hal yangd dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisi definisi dan relasi anatara istilah-istilah. Fungsi analisis disini mengurangi metafisika dan meneliti struktur logis pengetahuan ilmiah. Tujuan dari pembatasan ini adalah menentukan isi konsep –konsep dan pernyataan-pernyataan ilmiah yang dapat diverifikasi secara empiris. 
Latar belakang dari timbulnya positivisme logis adalah akibat adanya Perang Dunia 1 yang memakan banyak korban. Hal ini memancing para intelektual untuk memikirkan kembali bagaimana menata masyrakat dari puing-puing kehancurannya. Para penganut positivisme –Logis berpendapat bahwa untuk dapat membangun kembali haruslah menggunakan ilmu-ilmu positif. Positivisme logis beranggapan bahwa misi administrasi masyarakat secara rasional harus dilandasi pad pengetahuan yang berkesatuan. Kesatuan pengetahuan hanya bisa dicapai apabila dikembangkan suatu bahasa ilmiah yang berlaku pada semua bidangilmu pengetahuan.
Prinsip yang dipegang oleh kaum positivisme logis adalah prinsip isomorfi yaitu adanya hubungan mutlak antara bahasa dan dunia kefaktaan. Pelopornya adalah Bertrand Russell ( 1872-1970 ) dan dikembangkan oleh ludwigh Wittgenstein ( 1889-1951 ).
Tujuan akhir dari penelitian yang dilakukan pada positivisme logis ini adalah untuk mengorganisasikan kembali pengetahuan ilmiah di dalam suatu sistem yang dikenal dengan ”kesatuan ilmu” yang juga akan menghilangkan perbedaan-perbedaan antara ilmu-ilmu yang terpisah. Logika dan matematika dianggap sebagai ilmu-ilmu formal.
Positivisme berusaha menjelaskan pengetahuan ilmiah berkenaan dengan tiga komponen yaitu bahasa teoritis, bahasa observasional dan kaidah-kaidah korespondensi yang mengakaitkan keduanya. Tekanan positivistik menggarisbawahi penegasannya bahwa hanya bahasa observasional yang menyatakan informasi faktual, sementara pernyataan-pernyataan dalam bahasa teoritis tidak mempunyai arti faktual sampai pernyataan-pernyataan itu diterjemahkan ke dalam bahasa observasional dengan kaidah-kaidah korespondensi.
 Dalam bidang ilmu sosiologi, antropologi, dan bidang ilmu sosial lainnya, istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.
            Positivisme logis mengajukan dua kriteria dalam pembuktian kebenaranya, yaitu :
1.      Pernyataan harus dapat dibenarkan secara definisi atau tautologis ( pernyataan analitik ). Contohnya Mahasiswa / Mahasiswi adalah orang yang bependidikan tinggi.
2.      Pernyataan harus dapat dibenarkan secara empiris. Contohnya Ali adalah seorang Mahasiswa IAIN Fakultas Tarbiyah dan Adab, Jurusan Pendidikan Agama Islam.
D.    Kriteria Positivisme
Para penganut positivisme beranggapan bahwa dalam menunjukan kebenaran maka harus merujuk kepada ilmu-ilmu pengetahuan positif. Ilmu pengetahuan positif didapat dari penggabungan aliran rasional dan empirisme dan ditambahkan dengan metode ilmiah. Kaum positivisme menolak adanya metafisika yang tidak bisa ditanggkap dan telaah melalui empiris. Dapat digambarkan konsep kebenaran kaum positivisme.

 

    
 





Skema kebenaran positivisme


E.     Kesimpulan
Sebagai salah satu aliran dalam filsafat, positivisme menekankan pengambilan kebenaran pada ilmu pengetahuan dan mengabaikan metafisika yang tidak dapat ditembus oleh akal. Sejarah lahirnya positivisme karena ada kelemahan dalam bidang ekonomi, sehingga hal ini menimbulkan semangat untuk berkembang sehingga yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana mengembangkan ekonomi kembali yang semuanya itu mereka pikirkan hanya dapat terwujud hanya dengan ilmu –ilmu pengetahuan. Tokoh yang terkenal pada aliran ini adalah Auguste Comte.



[3] Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu. PT Remaja Rosda Karya, Bandung 2004, hlm 32
[4] Ahmad Tafsir, Ibid, hlm 33
[5] Donny Gahral Adian, Menyoal Objektivisme Ilmu pengetahuan ( 2002: Jakarta. Teraju) h.64
[6] Ibid, h. 67

Tidak ada komentar:

Posting Komentar